Bangga Membangun Desa, Menuju Indonesia Sejahtera

Jumat, 31 Januari 2014

Kremes Boled Japara, Gurih Tanpa Pewarna


Muhdis-FK Japara-Kuningan/ copas dari Produk Kreatifitas Perdesaan
Suhu udara antara 21-27 derajat C merupakan suhu tepat untuk budidaya tanaman ubi jalar. Kombinasi hawa lembab dan udara panas (10-12 jam sehari) pada suhu tersebut sangat membantu pertumbuhan. Media tanah yang dibutuhkan cukup pada tanah yang mengandung pasir, kadar lempungnya longgar.

Ubi jalar dapat ditanam sepanjang tahun. Tak heran jika ubi jalar merupakan tanaman pangan lokal yang banyak ditemui. Sebagai alternatif pengganti beras, ubi jalar dikenal murah dan kaya karbohidrat, vitamin A, B dan C.

Di masyarakat perdesaan kabupaten Kuningan, ubi jalar dikenal dengan sebutan boled.Tanaman ini tumbuh subur di berbagai wilayah termasuk di lereng gunung Ciremai. Di daerah seperti Cilimus, Japara dan Jalaksana boled telah dibudidayakan petani sejak puluhan tahun silam. Bahkan, hasil panen telah memasok pasar kuningan, cirebon hingga Jakarta.

Olah pangan boled saat ini ditemui beraneka rupa. Ada yang dimodifikasi jadi keripik, bakpao, roti, dan aneka panganan kreatif lainnya. Olah pangan tersebut terbukti memberi nilai tambah harga dibanding boled yang dijual seperti asalnya karena harganya yang murah.

Hal itulah yang dialami Ibu Kursiah. Di tengah melimpahnya potensi boled diwilayahnya, warga desa Garatengah Kuningan itu punya gagasan kreatif memodifikasi boled menjadi makanan ringan berupa keremes boled dan gemblong boled. Bersama 9 orang rekannya, gagasan itu diwujudkan dengan membentuk kelompok usaha yang diberi nama “ Bungalau”.

Sejak tahun 2010, Kelompok Bungalau pimpinan ibu Kursiah telah menggiatkan produksi keremes dan gemblong boled. Meskipun awal produksinya sedikit, tetapi setelah dua tahun berjalan hasilnya bisa dirasakan. Rata-rata produksi sekarang ini antara 15-20 pack per hari. Setiap pack dibandrol harga Rp. 3 ribu.

Daerah pemasarannya tikak hanya kecamatan Japaran, tetapi sudah merambah Jalaksana dan Cilimus. Rasa manis dan gurih menjadi ciri khusus makanan olahan ini. Keistimewaan lain, warna ungu hasil olahan makanan ini yang memang tanpa mempergunakan bahan pewarna.

Berdiri dan berkembangnya usaha Kelompok Bungalau pimpinan Kursiah tak lepas dari prakarsa PNPM Mandiri Perdesaan. Mereka sebelumnya hanya ibu rumah tangga. Yang dibantu pada ekonomi keluarga hanya membantu suami ketika bercocok tanam disawah. Itupun bagi yang masih memiliki sawah.

Kebanyakannya menganggur. Oleh karena itu, hadirnya kesempatan mengakses dana pinjaman tanpa agunan melalui program SPP telah merangsang ide kreatif mereka. Setelah berdiskusi dan difasilitasi ditemukanlah ide memproduksi keremes dan gemblong boled.

Efek positip dari adanya usaha ini adalah kemandirian anggota kelompok dalam menghasilkan uang. Tentunya menambah penghasilan keluarga. Sebagaimana diungkapkan Kursiah, “masyarakat itu tergantung budayanya, kalau dia berada dilingkungan usaha maka masyarakat akan banyak juga yang usaha. Saya sendiri ingin menjadi pelopornya “ katanya.

Keberanian seorang Ibu kursiah Cs untuk merintis usaha tidak terlepas dari peranan pelaku PNPM Mandiri Perdesaan didesanya, selain selalu terus didorong agar masyarakat bisa bangkit menjadi lebih berdaya disetiap ada musyawarah desa, pelatihan masyarakat, atau pembinaan langsung ke kelompok-kelompok peminjam, dan tidak kalah penting informasi usaha yang didapat masyarakat dari media masa termasuk internet didalamnya. 
 Seperti hal ini disampaikan kades Garatengah “ Dengan semakin bertebarannya informasi yang membahas keberhasilan kelompok usaha binaan PNPM di internet, sekarang kita bisa lebih mudah mendorong dan mencontohkan keberhasilan kelompok usaha daerah lain kepada masyarakat, tinggal kitanya saja harus rajin mengikuti informasi dan jangan gaptek” papar kuwu Kulman.

Semoga saja tulisan ini pun mampu melahirkan Kursiah – Kursiah lain yang akan membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat, Amiin ( disjpr 0114)