Muhdis-FK Japara-Kuningan/ copas dari Produk Kreatifitas Perdesaan
Suhu udara antara 21-27 derajat C
merupakan suhu tepat untuk budidaya tanaman ubi jalar. Kombinasi hawa lembab
dan udara panas (10-12 jam sehari) pada suhu tersebut sangat membantu
pertumbuhan. Media tanah yang dibutuhkan cukup pada tanah yang mengandung pasir,
kadar lempungnya longgar.
Ubi jalar dapat ditanam sepanjang
tahun. Tak heran jika ubi jalar merupakan tanaman pangan lokal yang banyak
ditemui. Sebagai alternatif pengganti beras, ubi jalar dikenal murah dan kaya
karbohidrat, vitamin A, B dan C.
Di masyarakat perdesaan kabupaten
Kuningan, ubi jalar dikenal dengan sebutan boled.Tanaman ini tumbuh subur di
berbagai wilayah termasuk di lereng gunung Ciremai. Di daerah seperti Cilimus,
Japara dan Jalaksana boled telah dibudidayakan petani sejak puluhan tahun
silam. Bahkan, hasil panen telah memasok pasar kuningan, cirebon hingga
Jakarta.
Olah pangan boled saat ini ditemui
beraneka rupa. Ada yang dimodifikasi jadi keripik, bakpao, roti, dan aneka
panganan kreatif lainnya. Olah pangan tersebut terbukti memberi nilai tambah
harga dibanding boled yang dijual seperti asalnya karena harganya yang murah.
Hal itulah yang dialami Ibu Kursiah.
Di tengah melimpahnya potensi boled diwilayahnya, warga desa Garatengah
Kuningan itu punya gagasan kreatif memodifikasi boled menjadi makanan ringan
berupa keremes boled dan gemblong boled. Bersama 9 orang rekannya, gagasan itu
diwujudkan dengan membentuk kelompok usaha yang diberi nama “ Bungalau”.
Sejak tahun 2010, Kelompok Bungalau
pimpinan ibu Kursiah telah menggiatkan produksi keremes dan gemblong boled.
Meskipun awal produksinya sedikit, tetapi setelah dua tahun berjalan hasilnya
bisa dirasakan. Rata-rata produksi sekarang ini antara 15-20 pack per hari.
Setiap pack dibandrol harga Rp. 3 ribu.
Daerah pemasarannya tikak hanya
kecamatan Japaran, tetapi sudah merambah Jalaksana dan Cilimus. Rasa manis dan
gurih menjadi ciri khusus makanan olahan ini. Keistimewaan lain, warna ungu
hasil olahan makanan ini yang memang tanpa mempergunakan bahan pewarna.
Berdiri dan berkembangnya usaha
Kelompok Bungalau pimpinan Kursiah tak lepas dari prakarsa PNPM Mandiri
Perdesaan. Mereka sebelumnya hanya ibu rumah tangga. Yang dibantu pada ekonomi
keluarga hanya membantu suami ketika bercocok tanam disawah. Itupun bagi yang
masih memiliki sawah.
Kebanyakannya menganggur. Oleh
karena itu, hadirnya kesempatan mengakses dana pinjaman tanpa agunan melalui
program SPP telah merangsang ide kreatif mereka. Setelah berdiskusi dan
difasilitasi ditemukanlah ide memproduksi keremes dan gemblong boled.
Efek positip dari adanya usaha ini
adalah kemandirian anggota kelompok dalam menghasilkan uang. Tentunya menambah
penghasilan keluarga. Sebagaimana diungkapkan Kursiah, “masyarakat itu
tergantung budayanya, kalau dia berada dilingkungan usaha maka masyarakat akan
banyak juga yang usaha. Saya sendiri ingin menjadi pelopornya “ katanya.
Keberanian seorang Ibu kursiah Cs
untuk merintis usaha tidak terlepas dari peranan pelaku PNPM Mandiri Perdesaan
didesanya, selain selalu terus didorong agar masyarakat bisa bangkit menjadi
lebih berdaya disetiap ada musyawarah desa, pelatihan masyarakat, atau
pembinaan langsung ke kelompok-kelompok peminjam, dan tidak kalah penting
informasi usaha yang didapat masyarakat dari media masa termasuk internet
didalamnya.
Seperti hal ini disampaikan
kades Garatengah “ Dengan semakin bertebarannya informasi yang membahas
keberhasilan kelompok usaha binaan PNPM di internet, sekarang kita bisa lebih
mudah mendorong dan mencontohkan keberhasilan kelompok usaha daerah lain kepada
masyarakat, tinggal kitanya saja harus rajin mengikuti informasi dan jangan
gaptek” papar kuwu Kulman.
Semoga saja tulisan ini pun mampu
melahirkan Kursiah – Kursiah lain yang akan membawa peningkatan kesejahteraan
masyarakat, Amiin ( disjpr 0114)